Kamis, 22 Maret 2012

Oseanografi Kimia

HUBUNGAN ANTARA SUHU, SALINITAS DAN TEKANAN
Part IV

Setelah sebelumnya membahas profil salinitas air laut secara vertikal, sekarang mari kita tambah ilmu pengetahuan kita mengenai profil salinitas secara horizontal atau profil variasi salinitas dari permukaan air laut di dunia.

·      Salinitas Secara Horizontal
            Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa salinitas merupakan jumlah dari kadar garam-garaman dalam gram yang terlarut dalam satu kilogram air laut. Tiga sumber utama dari garam-garam ini yaitu dari pelapukan batuan, gas-gas vulkanik, dan sirkulasi lubang hydrotermal. Satuan salinitas dinyatakan dengan ppm (‰) atau ppt, ada juga satuan PSU (Practical Salinity Unit).
Sekarang mari kita amati gambar berikut :

Gambar 6. Profil Salinitas Permukaan Air Laut Dunia

            Dari gambar di atas, mari kita analisis mulai dari wilayah kutub. Di wilayah kutub utara salinitas bernilai rendah, yaitu di bawah 30 ppt, sedangkan di wilayah kutub selatan meskipun salinitas juga bernilai rendah, namun tidak serendah di kutub utara. Di kutub selatan, salinitas masih berada pada nilai di atas 30 ppt. Hal ini dikarenakan fakta yang unik dari perbedaan kedua kutub ini. Kutub utara ternyata lebih panas dari suhu di kutub selatan. Selain itu juga, kutub utara merupakan sebuah samudera yang membeku sehingga dengan didukung oleh suhu yang lebih panas, maka es di kutub utara lebih mudah mencair dibandingkan dengan kutub selatan yang merupakan sebuah benua tertutup es dengan suhu yang lebih dingin. Oleh karena es yang mudah mencair itulah, maka salinitas air laut di kutub utara sangat rendah, sedangkan di kutub selatan tidak lebih rendah dari kutub utara. Ada fakta yang sangat unik lagi, bahwa ternyata di benua Antartika, kutub selatan ini tidak pernah terjadi hujan selama berjuta-juta tahun yang lalu. Tentu saja dengan tingkat presipitasi yang sangat rendah inilah, salinitas di kutub selatan tidak serendah kutub utara.
            Beralih pada wilayah subtropis 23,5o - 40oLU atau 23,5o - 40oLS. Salinitas di wilayah ini pada umumnya bernilai sekitar 35 ppt. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya intensitas penyinaran matahari sehingga terjadi penguapan yang cukup tinggi. Pada wilayah equator (garis khatulistiwa) seperti Indonesia, meskipun penguapan sangat tinggi akibat penyinaran matahari yang optimal, namun salinitas bernilai cukup rendah karena intensitas dari presipitasi juga sangat tinggi sehingga banyak air tawar dari sungai yang mengalir ke laut dan bercampur, membuat kadar garam menurun.
            Salinitas rendah juga terdapat pada wilayah yang banyak memiliki aliran-alliran sungai seperti Amazon, Congo, dan Ganges. Terdapat perbedaan nilai salinitas yang sangat mencolok pada wilayah Laut Baltic dengan Mediterania. Di wilayah Baltic, salinitas sangat rendah di bawah 18 ppt, sedangkan di Mediterania salinitas mencapai nilai di atas 37 ppt. Hal ini dikarenakan  terjadi banyak penguapan di wilayah Mediterania. Selain itu juga di wilayah Mediterania terdapat Sill Gibraltar yang menghalangi air laut Mediterania untuk mengalir ke samudera Atlantik sehingga kadar garam dari Mediterania terhalang oleh Sill tersebut dan menjadikan salinitas Mediterania sangat tinggi. Sedangkan, yang terjadi di Laut Baltic adalah banyaknya aliran sungai, kurangnya penguapan, dan adanya pencairan es karena ternyata setiap tahunnya dalam jangka yang cukup panjang (musim dingin), Laut Baltic ini ditutupi oleh es.


Gambar 7. Sill Gibraltar yang Menghalangi Air Laut Mediterania

            Variasi salinitas di berbagai wilayah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti penguapan, curah hujan, aliran sungai, sirkulasi air, dan pencairan es. Untuk menambah wawasan juga bahwa di daerah estuarin terdapat dinamika salinitas yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan adanya pasang surut air laut dan curah hujan yang membawa air tawar. Ketika musim hujan, maka semakin banyak air tawar yang menuju laut sehingga salinitas estuarin akan menurun drastis, sebaliknya jika musim kemarau datang sekaligus bersamaan dengan naiknya pasang air laut maka salinitas di estuarin akan meningkat drastis karena semakin banyak kadar garam yang di bawa oleh air laut tersebut.
            Selanjutnya ada topik yang tidak kalah seru untuk dipelajari, yaitu mengenai profil tekanan dalam air laut. PENASARAN ??? Silahkan kunjungi Blog teman saya --> http://ekauknow.blogspot.com/

Sabtu, 17 Maret 2012

PENG + USAHA = PENGUSAHA


Sampah-sampah yang terbawa arus banjir akibat parit meluap terlihat berserakan di jalanan. Seperti biasa, setelah hujan mereda dan banjir mengering, warga desa membersihkan jalan itu. Aku menyusuri jalan untuk mengambil sampah yang berserakan. Aku melihat sebuah majalah tergeletak di tengah jalan. Segera aku mengambil dan membukanya dengan hati-hati karena kertasnya basah. Lalu ku panggil Galang, sahabatku yang juga sedang memunguti sampah.
“Galang!” Teriakku.
Galang pun menghampiriku.
“Akan kau apakan sampah itu?” Galang bertanya padaku.
“Ini bukan sampah, lihat ini!” Aku menunjuk salah satu halaman dari majalah itu.
“Apa?” Perhatian Galang pun ikut tertuju pada majalah itu.
“Suatu hari pasti aku bisa sesukses orang ini” Aku tersenyum.
“Yasudah sekarang cepat bersihkan jalanan ini supaya tidak ada sampah yang menghalangi jalanmu menuju sukses seperti orang itu” Galang mulai memunguti sampah lagi.
Aku tersenyum mendengar perkataannya. Galang adalah sahabatku sejak SMA, kini kami sudah lulus dan sedang menunggu ujian masuk universitas negeri. Galang sangat pintar sehingga aku sering meminta untuk dapat belajar bersamanya.
Terdengar sayup-sayup suara adzan maghrib. Ayah, aku, dan Resti shalat maghrib berjamaah, mengaji bersama, dan shalat isya berjamaah. Setelah shalat isya, aku pergi ke kamar, Resti menonton TV dan Ayah menuju dapur untuk memasak makan malam kami. Ibu sudah meninggal dunia ketika melahirkan Resti.
Aku melihat majalah yang sengaja ku bawa pulang tadi di atas kasur. Aku mulai berpikir agar majalah ini bisa cepat kering dan dapat ku baca, lalu ku ingat kipas yang terbuat dari anyaman bilik tergantung di atas rak piring dapur dan segera saja ku ambil. Aku buka halaman yang berisi artikel itu dan mulai menggerakkan kipas di atasnya.
Setelah kering aku mulai membacanya, tertera judulnya dengan huruf yang cukup besar dan berwarna merah “RAHASIA SUKSES TIO WARDHANA”. Membaca namanya saja sudah membakar semangatku untuk menjadi seperti dia, maka aku lanjutkan membacanya. Aku bertekad mengikuti jejak Tio, ku baca dalam artikel itu dia mengenyam pendidikan hingga S2 di ITB maka aku pun bertekad untuk dapat kuliah disana.
Semenjak saat itu aku bersemangat sekali belajar di rumah Galang dan tetap membantu Ayah bekerja di kebun. Suatu sore, seperti biasa aku datang ke rumah Galang untuk belajar bersama.
“Galang, nanti kamu daftar ke universitas mana?” Aku bertanya sambil mengerjakan soal-soal latihan.
 “Saya tidak akan melanjutkan pendidikan dan menjadi petani saja Zul” Galang berkata dengan lirih.
“Kenapa Galang? Kamu ini pintar pasti masuk ke universitas yang bagus” Aku kaget mendengar perkataan Galang.
“Keluarga saya tidak bisa membiayai saya kuliah”
“Kita bisa mencari beasiswa” Aku mencoba  meyakinkannya namun tidak berhasil karena Galang hanya diam saja.
Aku benar-benar miris membayangkan negeri ini yang kaya di mata orang ternyata miskin. Bayangkan saja Galang yang mempunyai kelebihan dalam akademik tidak bisa melanjutkan pendidikannya dan menjadi petani karena faktor ekonomi, padahal jika orang-orang seperti Galang dapat melanjutkan pendidikan dan memiliki banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat pasti negeri ini dapat menjadi lebih baik.
Setiap pagi aku membantu ayah berkebun. Matahari hari ini sangat terik membuatku mulai kelelahan dan beristirahat duduk di pinggir kebun. Ku lihat semua pekerja tak kenal lelah membanting tulang untuk menghidupi keluarganya. Pemandangan ini membuat pikiranku melayang jauh pada pekerja yang menamai dirinya sebagai wakil rakyat. Muncul pertanyaan dalam benakku, apakah mereka pantas menyandang nama wakil rakyat? Apakah mereka tahu dan merasakan apa yang dirasakan oleh warga desa ini? Apakah penghasilan mereka sebanding dengan pengasilan kami? Jelas saja penghasilan mereka tidak sebanding dengan penghasilan warga desa ini yang telah bekerja dengan sangat keras tapi untuk membiayai anaknya sekolah saja tidak mampu. Ku layangkan pikiranku pada hukum negeri saat ini yang seperti pisau, tajam ke bawah dan tumpul ke atas ketika ku ingat pemuda pencuri sandal dihukum 5 tahun penjara sedangkan koruptor dapat hidup bebas. Lamunanku pecah ketika Ayah menghampiriku dan duduk di sampingku.
“Capek Zul?” Tanya Ayah.
“Iya”
“Tapi kamu tidak boleh capek untuk meraih masa depanmu” Ayah menatapku.
“Zul bisa tidak ya masuk ITB?” Aku menatapnya juga.
“Yang penting bukan masalah kamu masuk atau tidak, sekarang yang harus kamu lakukan yaitu kamu bersungguh-sungguh berusaha untuk mewujudkan mimpimu, karena usaha yang kamu lakukan untuk mewujudkan mimpimu itu lebih penting dan lebih berharga daripada ketika kamu mencapai mimpi itu, yakinlah pada prinsip itu Zul” Ayah menepuk punggungku.
“Iya” Aku mengangguk dan tersenyum padanya.
Hari ini aku akan menghadapi ujian masuk universitas negeri. Aku mendaftar di ITB dan tidak melirik universitas negeri lainnya, keputusanku sudah bulat ketika Ayah menyarankan aku untuk mendaftar ke universitas negeri lainnya. Aku benar-benar ingin mengikuti jejak Tio. Sebenarnya aku tidak terlalu yakin dengan jawabanku namun aku tetap optimis untuk hasilnya nanti.
Setelah satu bulan tibalah hari pengumuman hasil ujian itu. Aku pergi ke warnet dan mengetikkan alamat website yang harus ku buka di komputer itu. Ku klik tanda masuk setelah mengetikan nama dan nomor peserta ujianku. Kemudian muncul kalimat “MAAF ANDA TIDAK LULUS”. Aku mencoba memasukkan nama dan nomor pesertaku berkali-kali namun tetap saja kalimat itu yang muncul. Akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah, aku berlutut di ambang pintu ku tutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Aku malu terhadap Ayah, Resti, dan Galang yang sudah menungguku.
“Resti, Ayah, Galang, maafkan Zul. Zul tidak masuk ke ITB. Zul gagal Yah, Zul gagal!” Aku mencoba menahan kekesalan dan rasa bersalahku.
 “Sudah Zul tak apa-apa, Ayah tidak marah kepadamu” Ayah dan Galang kini berada di sampingku.
“Iya Zul, saya juga tidak kecewa kepadamu” Galang mencoba membuat aku tenang.
Mereka begitu menyayangiku tetapi mengapa aku tidak bisa membuat mereka bahagia. Kalau saja aku pintar seperti Galang, aku pasti bisa masuk ITB. Namun aku hanyalah aku, bukan orang lain, bukan Galang yang pintar, bukan Tio yang sukses, bukan juga Ayah yang sangat tegar. Aku hanyalah Zulkifli yang lemah. Mulai saat itu aku belum siap berbicara dengan siapapun termasuk Ayah.
Saat makan malam, suasana berbeda sekali dari biasanya kini semuanya diam hingga sepi itu pecah oleh suara Ayah.
“Zul, kenapa kamu tidak mau bicara pada Ayah?” Ayah memulai perbincangan.
Cukup lama aku mempersiapkan kata-kataku.
“Zul malu. Zul gagal masuk ITB dan hanya bisa membuat semua orang kecewa” Kini aku berhenti makan.
“Gagal masuk ITB bukan berarti kamu mengecewakan semua orang”
“Seharusnya Zul mengikuti jejak Galang tidak mengikuti ujian itu. Percuma saja Ayah menyekolahkan Zul jika ditakdirkan menjadi petani kebun seperti semua warga desa ini”
“Kamu tidak boleh bicara seperti itu Zul, itu menyalahkan takdir namanya. Kamu tidak mengecewakan Ayah, Resti, dan Galang. Kamu hanya kecewa terhadap dirimu sendiri dan itu tidak baik” Ayah menatapku.
“Zul tidak bisa mewujudkan harapan untuk menjadi pengusaha sukses” Aku mulai meneteskan air mata lagi.
“Siapa bilang? Zul itu pengusaha sukses. Semua orang itu pengusaha sukses. Ayah, Resti, Galang, semuanya pengusaha sukses karena kita selalu berusaha untuk mencapai harapan dan cita-cita kita. Apalagi kamu Zul, Ayah tahu benar usahamu untuk mewujudkan cita-citamu itu. Kamu itu pengusaha sukses Zul, apa kamu tidak menyadari akan hal itu?”
Aku hanya bisa terdiam mendengar perkataan Ayah.
“Sukses bukan diukur dengan kekayaan dan harta benda Zul, kesuksesan itu dilihat dari bagaimana kita berusaha dan dapat berguna untuk orang banyak” Ayah melanjutkan. Setelah itu tidak terdengar suara apapun lagi, semuanya diam dan melanjutkan makan malam.
Di dalam kamar aku merenungi perkataan Ayah. “Semua orang itu pengusaha sukses” kalimat itu terngiang-ngiang dalam pikiranku. Kemudian aku teringat pada perkataan Ayah tempo hari. “Yang terpenting adalah usaha bukan hasilnya”. Usaha dan pengusaha. Aku berkali-kali mengulang kata-kata itu, kemudian aku berpikir bahwa “pengusaha” itu hanyalah turunan dari kata dasarnya yaitu “usaha”, hanya saja dilengkapi dengan imbuhan Peng- “Peng + Usaha = Pengusaha”. Tentu saja itu benar, pengusaha memang berasal dari kata dasar usaha. Hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku sudah menjadi pengusaha sukses selama ini karena aku telah berusaha untuk mewujudkan mimpiku meskipun mimpiku tidak benar-benar terwujud.
Aku bersiap membantu Ayah bekerja di kebun hari ini. Di jalan aku memulai perbincangan.
“Ayah, terimakasih banyak karena telah menyadarkan Zul”
“Menyadarkan apa?” Tanya Ayah.
“Ayah benar mengenai perkataan Ayah bahwa semua orang itu adalah pengusaha sukses” Aku menjelaskan.
“Oh, memang benar Zul dan kamu salah satunya” Ayah tersenyum dan menepuk pundakku
“Ayah kenapa dapat tegar sekali menghadapi hidup ini?” Aku bertanya pada Ayah.
“Karena Ayah yakin dibalik semua cobaan akan selalu ada hikmah dan selalu ada jalan dari Yang Maha Kuasa untuk menjalani semuanya, kamu juga kan?”
“Iya, Zul yakin”
“Kamu juga belum membuang harapan kamu untuk menjadi seperti Tio kan?” Ayah bertanya padaku.
“Belum, Zul akan terus berusaha” Aku berkata dengan percaya diri.
“Bagus Zul!” Ayah menepuk punggungku.
Semua orang adalah pengusaha sukses bukan dilihat dari pekerjaan, harta, atau penampilannya melainkan dari usahanya untuk mencapai cita-citanya. Sebagai pemuda Indonesia masa depan, aku akan terus menjadi pengusaha yang selalu berusaha untuk mencapai dan mewujudakan harapanku yang kini tengah berkecamuk dalam pikiranku. Akulah pengusaha muda, yang akan berusaha untuk membuat banjir tidak melanda desanya lagi, membuat perekonomian desanya menjadi lebih baik, membuktikan bahwa kami memang hidup di negara yang kaya raya, menegakkan keadilan hukum di negeri ini, membahagiakan semua orang, dan selalu berusaha mewujudkan mimpi dan cita-citanya.